Deni setengah
berlari menyusuri koridor sekolahnya yang panjang. Hari masih pagi,
sekolah masih sepi, hanya ada segelintir siswa saja yang terlihat
sedang piket. Semoga dikelas masih kosong, batin Deni berharap. Pak
Bakri, penjaga sekolah Deni, sudah mulai mengumpulkan dedaunan kering
yang berserakan dengan sapunya.
Deni memang sengaja
berangkat lebih pagi, semenjak ia menemukan secarik kertas dengan
sebait dua bait kalimat di laci bangkunya. Ia lantas penasaran
setelah tahu ternyata surat itu ditujukan untuknya. Apalagi
pengirimnya hanya mencantumkan pemuja rahasia sebagai inisialnya.